Senin, 04 April 2011

Romo Dewanto, SJ Sang Martir



WiMaS - Nama Romo Tarcisius Dewanto mungkin tidak banyak dikenal oleh orang muda sekarang ini. Romo Dewanto (begitu ia dipanggil) adalah salah satu martir yang rela menyerahkan nyawanya ditangan milisi Timor-Timur saat melindungi umatnya di Gereja.

Martir pribumi ini pernah sempat singgah di Wisma Mahasiswa Surakarta sebelum ia ditahbiskan menjadi Imam. Teman-teman yang terkasih, tulisan dibawah ini adalah sedikit kilas balik perjalan Romo Dewanto, SJ Martir. Semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua.

Romo Dewanto ditahbiskan sebagai pastor di Kota Baru Yogyakarta 14 Juli 1999. Seusai ditahbiskan, dia sangat ingin difoto sendirian di bawah sebuah pohon. Bahkan dia menolak teman-temannya yang ingin berfoto bersama.

Sebelum ditugaskan ke Timtim, Ny Lucia Rahayu minta diadakan doa pemberkatan untuk anaknya itu. Romo Dewanto berangkat ke Timtim 13 Agustus 1999, berbekal beberapa pakaian bekas mendiang ayahnya. Karena ditugaskan di pelosok, ia meminta keluarganya di Magelang jangan berkirim surat lebih dulu. Ternyata yang datang malah kabar dari Timtim, pastor muda itu telah meninggal dunia.




Romo Dewanto dibunuh oleh Milisi Timor-Timur di Gereja Suai pada tanggal 6 September 1999 ketika melindungi umat yang mengungsi di dalam Gereja dari kejaran dan ancaman para milisi bersenjata. Menurut kesaksian dari mereka yang selamat, Pater Dewanto, SJ ditembak dari belakang ketika menyerukan kepada para milisi untuk menghentikan tembakan dan ancaman kepada umat yang ada di dalam Gereja. Setelah membunuh Pater Dewanto, para milisi juga membunuh 2 imam praja yang ada di dalam Gereja. Jenazah mereka ditemukan beberapa hari kemudian, dikuburkan di dekat pantai. Pater Dewanto, SJ pada saat itu berumur 34 tahun dan baru kurang lebih satu bulan ditahbiskan menjadi seorang imam.

Minggu, 03 April 2011

Review Film What Do You Think.??



WiMaS - Baru – baru ini KOKERMA (Komisi Kerasulan Mahasiswa) Surakarta bekerjasama dengan KoMaLiK WiMaS membuat sebuah film berjudul What Do You Think. Film yang disutradarai Endzico Tanasa dan dibintangi oleh Dionisia Gita Utami dan Tiead Adhika ini diangkat dari kisah-kisah yang dialami orang muda saat ini, yakni pacaran beda agama.

Berikut Sinopsisnya……

Pacaran Beda Agama, bagaimana menurut Anda??
Dini seorang mahasiswi secara tidak sengaja berkenalan dengan Egar yang sebelumnya pernah ia jumpai di perpustakaan kampus. Hubungan Dini dan Egar semakin dekat, dan seperti kata pepatah jawa, Tresna Jalaran Saka Kulina. Butir asmara mulai melanda dua remaja ini.
Namun saying ketika dua mahasiswa ini hendak mengukuhkan jalinan cinta mereka, persoalan beda agama menjadi batu sandungan. Akankah cinta Dini yang seorang Katolik bisa bersatu dengan Egar yang seorang Muslim?

ditulis oleh Damianus Bram 

Sejarah Wisma Mahasiswa Surakarta

                                    Kegiatan Mahasiswa tahun 1992


Oleh : A.M. Roni Nurharyanto, SJ

Pada awal, sekitar tahun 1970an, kegiatan WMS bertempat di Jalan Kebalen 2 dengan Romo FX. Willenborg Widodo, SJ (alm.) (th 1970-1990) sebagai romo mahasiswa. Pada waktu itu, WMS lebih dikenal dengan Pusat Rohani (Pusroh) Surakarta sebagai sentra kegiatan mahasiswa Katolik se-Surakarta. Di tempat tersebut juga berdiri Perpustakaan Mahasiswa Surakarta (selanjutnya disingkat PERMATA) ternyata telah berdiri beberapa tahun sebelum akte notaris disahkan, yaitu pada tanggal 13 Februari 1972. Dapat dikatakan, pada waktu itu, Permata menjadi rujukan para mahasiswa dan intelektual se-Surakarta karena banyaknya bantuan buku yang didapat sehingga menjadi rujukan referensi banyak pihak.
Dalam perkembangan selanjutnya, pelbagai aktivitas mahasiswa yang dinamis (antara lain: kelompok diskusi, pendampingan kaum muda, siaran agama, teater, dan sebagainya) menuntut adanya tempat yang lebih luas dan lebih menyentuh lapisan masyarakat kecil, lemah, miskin, dan tertindas. Kegiatan yang mereka lakukan antara lain adanya kelompok SSV yang menangani sosial kemasyarakatan orang-orang kecil, adanya poliklinik untuk pengobatan murah. Kegiatan tersebut tidak hanya bidang karitatif tetapi juga bidang advokasi untuk masyarakat kecil yang menjadi korban. Maka, menjelang tahun 1980, seluruh kegiatan WMS dipindahkan dan menempati bangunan di Jalan Kestalan 15[1]. Saat ini, bangunan di Jalan Kebalen menjadi tempat aktivitas siaran radio PT Rasitania (biasa disingkat PTPN).
            Secara berturut-turut, setelah Romo Willenborg, begitu beliau sering dipanggil oleh para sahabat, romo mahasiswa berikutnya adalah Romo J. Adi Wardaya, SJ (TH 1989-19970). Melalui “Pola Refleksi Program Pembinaan dan Pengembangan Karya Karya Kerasulan Mahasiswa WMS”, romo Adi merintis Komunitas Mahasiswa Katolik (biasa disingkat KOMALIK). Pola pendampingan itulah yang menjadi acuan ideal gerak Kokerma.
Arah dan  pola pendampingan waktu Rm. Adi, dirumuskan secara bagus oleh tim yang terdiri dari pak Rm. Adi sendiri sebagai Editor bersama bp. FX. Agus murtono, Felix Iwan Wijayanto, Yustina Devi Ardhiani, dan Flavianus Tarman. Arah dan pola pendampingan itu didokumentasikan dalam dua bentuk buku yang berjudul REFLEKSI POLA-PROGRAM PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARYA KERASULAN MAHASISWA (K2M) WISMA MAHASISWA SURAKARTA dan LAPIRAN BAGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KARYA KERASULAN MAHASISWA (K2M) WISMA MAHASISWA SURAKARTA.
Setelah Romo Adi mendapat tugas perutusan baru, romo J. Mardiwidayat, SJ (th 1998-2007) menjadi romo mahasiswa Kokerma Surakarta. Beliau dikenal sebagai tokoh dalam hubungan antar iman dan kepercayaan. Selama masa Rm. Mardi ini –menurut banyak pihak- kegiatan Wisma diserahkan pada Bp. FX. Agus Murtono (sekretaris Wisma). Rm. Mardi sendiri lebih banyak bergerak untuk hubungan antar umat beragama.
Selanjutnya, romo C. Teguh Budiarto, SJ (th 2007-2009) melanjutkan karya perutusan di dunia kampus. Tak lama mengemban perutusan sebagai romo mahasiswa, romo Teguh mendapat tugas baru di Papua. Bisa dikatakan beliau berkarya cukup singkat (bila dibandingkan dengan para romo sebelumnya).
Selama beberapa bulan, frater Vincentius Haryanto, SJ (Juli 2009 – Desember 2009). Fr. Vincent cukup baik dalam pendampingan mahasiswa dan dengan mudah dapat masuk di kalangan mereka. Selain itu, yang kiranya akan menjadi kenangan yang tetap tampak di Wisma adalah perbaikan dan pengembangan Wisma sendiri yang dibuat cantik, sehingga dapat membuat kerasan mereka yang tinggal di Wisma. Sayang beliau hanya setengah tahun di Wisma karena harus menjalankan tugas baru di paroki Purbayan.
Surat tugas baru dari Provinsial diterima oleh  Rm. A.M. Roni Nurharyanto, SJ untuk menjadi pastor mahasiswa tertanggal 1 Desember 2010, telah diterima di Wisma Mahasiwa Solo. Tetapi Rm. Roni baru datang tanggal 20 Januari 2010 untuk menggantikan Fr. Vincent, SJ karena permintaan dari Romo Paroki Tarutung untuk membantu banyaknya pernikahan di bulan Desember dan Januari. Tetapi surat tugas dari Rm. Administrator baru tanggal 29 Januari 2010 yang berlaku surut.
Belajar dari sejarah Wisma Mahasiswa, gerak Mahasiswa/dosen dan arah Keuskupan Agung Semarang dalam gerak bersama para pastor mahasiswa se-KAS, Rm. Roni akan menemani para mahasiwa, dosen dan karyawan katolik yang berkaitan dengan mahasiswa.[2] Langkah awal adalah berusaha sedapat mungkin menghadiri rapat-rapat dan pengkaderan mahasiswa yang sudah berjalan, memperhatikan kondisi Wisma dengan segala kegiatannya, pembenahan kapel untuk pelayanan rohani dan pembenahan perpustakaan. Tidak kalah penting adalah mulai merumuskan arah dan cara pendampingan yang baru yang kiranya dapat lebih meningkatkan pelayanan pada Mahasiswa. 


[1] sebelumnya adalah Hotel Larasati
[2] Lihat PEDOMAN PELAKSANAAN KOMISI KERASULAN MAHASISWA KAS, BAB III, Pasal 6, no. 2